HALAMAN MUKA


28 Oktober 2008


Mengenal Ibu DR. Setiana Widjaja
Oleh : Marsha di Palu

Sore itu saya bertandang ke kantor Ibu Setiana di daerah Jakarta Utara. Tak mengira, saya dapat dengan mudah bertemu dengannya. Saya pikir itulah ciri orang yang rendah hati. Dari bincang-bincang dengan beliau, saya menulis singkat artikel ini.
Pendidikan menjadi bidang usaha yang digeluti ibu Setiana. Lebih dari 40 cabang di seluruh Indonesia ia buka. Mengapa pendidikan? “Pendidikan adalah dasar. Dengan


pendidikan kualtas manusia dapat ditingkatkan. Dengan pendidikan orang bisa lebih bermartabat. Masaa depan manusia sangat tergantung pendidikan yang diperolehnya,” demikian pandangan ibu Setiana yang memperoleh gelar doctor dari Berkley University, USA.

Kemajuan karir dan kekayaan tidak membuat ibu Setiana lupa akan bidang rohani. Sebagai penganut agama Katolik yang taat, ia banyak terlibat dalam kegiatan gerejanya. Rumah tempat tinggalnya di Kelapa Gading Jakarta Utara ia jadikan tempat untuk memberi pelayanan rohani Ia juga pernah aktif menjadi guru sekolah Minggu, muda-mudi dan yang lainnya.


Soal hak asasi manusia, sangat diminati Ibu Setiana. Pelatihan yang diadakan di dalam dan luar negeri kerap ia ikuti. Beberapa waktu lalu beliau menjadi salahsatu utusan pemerntah Indonesia dalam pertemuan para tokoh HAM di Perancis. Bersama wakil-wakil dari penjuru dunia ia mengajukan banyak gagasan tentang bagaimana mengatasi konflik yang sering terjadi di banyak negara berkembang.


Perhatian pada kepentingan “orang kecil” diwujudkan dengan kerapnya beliau memberi dukungan kepada para penyandang cacat, kaum miskin, dan kaum tertindas lainnya
Seperti diungkapkan Hengki, salah seorang pekerja sosial Yayasan Bhakti Luhur di perkampungan nelayan Cilincing Jakarta Utara. “Ibu Setiana mewujudkan kasih melalui tindakan nyata. Banyak memberi bantuan bukan hanya materi tapi juga mau terjun melayani anak-anak di perkampungan ini, dalam hal pendidikan”.
Iapun menjadi orangtua asuh. Juga menjadi donatur tetap Yayasan Elsafan di Jakarta Timur, yang dipimpin oleh Bapak Pendeta Ridson Manyonyo STh.
Kesibukan beliau dalam karir dan karya sosial tidak mengurangi kewajibannya sebagai ibu dari 4 anak dan isteri dari Bapak Frans. Perhatian kepada pendidikan anak-anaknya, termasuk pendidikan nilai anak-anak sangat mendapat perhatian ibu ini. Setiap pagi sebelum melakukan tugas rutinnya, beliau mengurus kebutuhan keluarga, mengantar sekolah. Malam hari tetap mendampingi anak-anaknya dalam belajar.


Relasi sosial ibu Setiana sangat luas. Ia dapat bergaul dengan siapa saja. Ia supel dan rendah hati. “Ibu Setiana supel dan sangat mudah bergaul di lingkungan manapun,” demikian seorang ibu yang kebetulan tokoh mesjid di bilangan Jakarta Utara.

Kini ibu Setiana tampil di gelanggang politik. Sebagai orang muda ia ingin terlibat lansgung dalam membangun Indonesia baru yang lebih adil, sejahtera dan aman. Ia menyadari panggilan tugas mulia ini tidaklah ringan. Tapi ia percaya, dengan dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan, ia akan dapat memberikan harapan baru buat kita. “Tentu saja itu tidaklah mungkin tanpa kebersamaan seluruh warga masyarakat lainnya, khususnya warga masyarakat di Sulawesi Tengah,” demikian ini ia sampaikan ketika bertemu dengan warga masyarakat yang berada di Jakarta beberapa waktu lalu. Ibu Setiana hadir mengikuti acara tradisi “padungku”. Satu hal yang juga menjadi perhatian beliau adalah perjuangan akan hak-hak perempuan.

20 Oktober 2008

Visi dan Misi Sang "Srikandi" : DR. SETIANA WIDJAJA


Visi :
Membangun kondisi yang aman, sejahtera, berbudaya dan bertaqwa

Misi :
Membangun akses/infrastruktur pertanian, perkebunan
Membangun fasilitas/sarana kesehatan, pendidikan yang bermutu dan terjangkau seluruh lapisan masyarakat
Memacu ketersediaan energi listrik
Memberdayakan potensi dan kearifan lokal (budaya, bahasa daerah dan potensi parawisata)
Menjaga kerukunan antar warga masyarakat